Kritik dan Saran Untuk OSIS SMA Negeri 1 Kota Cirebon 2009/2010
Assalamualaikum Warahmatullahi wa Baraqatuh
Maaf sebelumnya jika saya telah lancang dengan memberi sebuah kritikan yang mungkin agak terdengar pedas namun Insya Allah bermanfaat.
Puji Syukur Kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga saya bisa memberikan suatu kritik dan saran yang Insya Allah akan berguna bagi teman-teman para Pengurus OSIS dan MPK tahun jabatan 2009/2010. Shalawat serta salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Besar kita Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa salam. Teman-teman para pengurus OSIS yang saya hormati dan yang saya banggakan. Walaupun saya bukan lagi merupakan warga SMANSA Cirebon, tetapi saya masih merasa perlu untuk mengeluarkan beberapa kritik dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pengurus OSIS dan MPK terpilih.
Menanggapi berbagai masalah internal antar kubu dalam diri OSIS, memang sejak saya masih bersekolah disana telah terjadi “konflik” yang demikian. Dalam diri OSIS ada beberapa pihak / kubu yang mempunyai kepentingan dan tujuan berbeda dalam mencitrakan nama besar SMANSA Cirebon di mata sekolah-sekolah lain. Mereka semua mungkin saling berlawanan, namun intinya tujuan mereka SALAH!! Karena yang saya lihat, tujuan mereka adalah mewujudkan visi misi mereka masing-masing, bukan mewujudkan SMANSA Cirebon yang bertaraf Internasional dan berisikan orang-orang cerdas nan kreatif namun tetap beragama dan beriman. Tujuan yang demikian harus diluruskan, kalian bukanlah seorang independen yang seenaknya membuat agenda-agenda sesuai dengan keinginan kalian dan “pengikut” kalian. Kalian adalah wakil dari seluruh siswa SMANSA untuk mengapresiasikan kreatifitas dan kemampuannya dalam bidang apapun. Kalian adalah Pelaksana tujuan-tujuan mulia untuk membesarkan nama SMANSA di mata sekolah lain baik di Kota Cirebon maupun di kalangan Nasional. Tujuan kalian sudah salah!
Terlihat jelas bahwa “konflik” ini diperparah dengan adanya pendapat yang menyatakan bahwa Pensi harus ada dan di pihak lain berkata Pensi tidak aka nada. Mengapa kalian hanya meributkan Pensi atau tidak Pensi?? Kerja kalian bukan hanya itu saja. Banyak acara-acara rutin lain yang harus kalian laksanakan dengan baik dan sukses. Seperti acara 17 Agustus-an, Isra’ Mi’raj, Hari Guru, PORAK, Kegiatan Ramadhan dll. Sekali lagi ini karena tujuan kalian menjadi Pengurus OSIS yang SALAH! Saya juga sedikit kecewa saat mendengar kabar bahwa Tidak Ada Pensi melainkan di ganti dengan adanya PORSENI yang acaranya hanya menyangkut internal sekolah saja. Saya bukannya setuju dengan pensi, tentu bukan setuju juga tidak adanya Pensi. Menurut saya, pensi boleh dilaksanakan, asal kegiatannya positif dan tidak di isi dengan acara hura-hura yang menjual tiket untuk orang di beri kesempata berjoget ria seharian tanpa ingat shalat dan ibadah, bahkan denga ke-BOROS-an dana yang mencapai puluhan juta rupiah untuk mengadakan acara HURA-HURA yang tidak penting! Ingat, tujuan kalian telah SALAH!
Dalam PORSENI saya tidak melihat ada usaha untuk membesarkan nama SMANSA di sekolah lain. Karena hanya warga sekolah saja yang terlibat. Kegiatan PORSENI ini juga telah menggambarkan bahwa Pengurus OSIS terlalu KAKU IDE dan tidak punya INOVASI lain yang jauh lebih baik dari ini. Padahal, banyak sekali acara positif yang bisa dilakukan oleh kalian. Banyak sekali… Kalian masih menggunakan “cara lama” dalam mengadakan acara besar. Kenapa saya sebut “cara lama”? karena dari dulu hingga sekarang, yang tersebut hanya PENSI dan TIDAK PENSI.
Pengalaman saya sewaktu hadir dalam putaran pertama pemilihan OSIS tahun 2009 ini, saya amat sangat kecewa dengan calon-calon yang saya lihat. Mereka hanya memikirkan “Acara besar apa yang akan saya buat demi memenangkan pemilihan ini?”. Dan MPK yang melulu menanyakan “Acara apa yang akan anda buat? Pensi atau tidak ada Pensi?”. Hey..kalian ini generasi muda! Mengapa pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang kalian lontarkan hanya melulu soal seperti ini? Putaran pertama justru menentukan pencitraan kepribadian dari para calonnya. Saya pun dengan enaknya bertanya suatu hal yang tidak sama sekali menyinggung masalah Pensi ( saksinya ada pengurus MPK dan Ketua OSIS tahun jabatan 2008/2009). Maaf, jika dalam acara tersebut, saya sebagai alumni tidak diperkenankan bertanya. Namun sedikitpun saya tidak bermaksud demikian, saya hanya ingin memeberi contoh untuk para pengurus MPK sebagai sang pengetes kemampuan calon-calon ini, bagaimana pertanyaan yang cocok dan benar, tidak melulu menanyakan Pensi dan Pensi. Adakah kalian sadar pertanyaan yang saya lontarkan adalah sebuah pertanyaan yang dapat membangkitkan atau bahkan menurunkan kepercayaan diri dan optimisme para calon? Tujuan pengurus MPK juga salah! Mereka hanya ingin tahu ACARA APA YANG AKAN DI BUATNYA? Itu SALAH!!!!!!!!!
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan prestasi yang telah di dapatkan sekolah kalian dengan susah payah. Tentunya sekolah yang sudah ber-label demikian menuntut adanya siswa-siswa yang cemerlang, tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam bidang Organisasi, Kreativitas dan IMTAQ. Tentu kalian sadar akan hal itu. Beberapa orang menyebutkan bahwa pencitraan baik dari sekolah adalah dari acara yang di adakannya. Tentunya itu merupakan pendapat yang sangat subjektif. OSIS sebagai pengemban amanah harus bisa menjaga dan membangun nama baik almamater di mata sekolah lain. Jangan sampai predikat SBI yang sudah di tangan di pelesetkan sebagai Sekolah Ber-Tarif Internasional karena para siswanya KAKU IDE dan tidak punya Inovasi. Buktikan bahwa predikat tersebut salah, biaya pendidikan yang dikeluarkan sebanding dengan kualitas diri kalian sebagai calon pemimpin bangsa!!
Demikian dengan kritikan saya, ada beberapa hal yang ingin saya sarankan kepada para Pengurus OSIS dan MPK yang saya banggakan. Berikut usul saya :
1. Cobalah sedikit demi sedikit menghilangkan “konflik” atau “kesenjangan Sosial” antar kubu yang saya maksud. Kalian akan bekerja dalam satu tim dan akan menjalankan tugas-tugas yang berat dan tidak melulu tentang Pensi atau Tidak Pensi. Itu adalah isu BASI yang terus dianut oleh kalian. Hilangkan “konflik” itu, walaupun sulit, saya yakin sedikit demi sedikit akan berkurang. Asal tidak ada yang mencoba mengkompori lagi.
2. Kalian harus bisa lebih ber-INOVASI agar tidak di anggap remeh oleh sekolah lain. Kalian masuk ke SMANSA bukan kebetulan, tapi memang skill dan kemampuan kalian yang di atas rata-rata. Cobalah sering membaca Koran dan Buku, jika malas, bukalah situs-situs yang positif yang berisikan ilmu pengetahuan yang bisa mengembangkan pengetahuan kalian akan dunia luar dan tentunya diharapkan bisa mengembangkan ide-ide cemerlang yang bisa membangun nama SMANSA menjadi lebih baik lagi. Dan tentunya juga tidak melulu ribut tentang Pensi dan Tidak Pensi.
3. Penelusuruan Minat dan Bakat serta K2PD (Kemampuan Kepemimpinan dan Percaya Diri) perlu dilaksanakan dalam pemilihan Ketua OSIS tahun jabatan berikutnya. Tugas ini di lakukan oleh MPK dibantu dengan OSIS. Bukan hanya MPK. Ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui seberapa pantas sang calon menduduki kursi Ketua OSIS. Saran ini mengacu pada kegiatan pemilihan OSIS yang selalu ditanya tentang Pensi dan Tidak Pensi. Adakan suatu tes yang berberda, jika butuh saran lain, saya bersedia membantu memberikan saran kepada kalian.
4. Yang terakhir, jaga baik-baik nama besar almamater kalian.
Demikian beberapa kritik dan saran yang saya berikan kepada mereka sang calon pemimpin bangsa. Saya juga meminta maaf kepada orang-orang yang saya tuju walaupun tidak langsung tersirat, karena saya hanya ingin mengingatkan teman-teman bahwa berorganisasi itu bukan asal-asalan. Namun harus penuh dedikasi dan kerja keras. Mudah-mudahan Kritik dan Saran saya ini dapat diterima, dipahami dan dilaksanakan (jika ada saran yang bagus) oleh teman-teman Pengurus OSIS dan MPK tahun Jabatan 2009/2010. JAYALAH NEGERIKU!!!
Bandung, 16 Oktober 2009
ALUMNI SMA N 1 CIREBON ‘09
lihat juga di :
http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/note.php?note_id=155039121609&ref=nf
Lelah rasanya berjam-jam berkutat dengan tumpukan kertas-kertas dan buku-buku pelajaran ini. Sudah hampir tengah malam. Pintu-pintu asrama sudah ditutup. Bahkan sepertinya hanya aku saja yang masih berada di meja pesakitan ini. Sesekali aku dengar suara Pak Satpam penjaga asrama yang bercengkrama dengan Mang Totok, pembantu Kepala Asrama Putri ini. Dari logatnya saja sudah terdengar bahwa mereka sama-sama orang Jawa yang merantau ke Ibu Kota. Ada juga suara gemericik air yang timbul karena keran air wastafel depan kamar asramaku yang bocor. Mang Totok sudah berjanji akan memperbaikinya. Tapi sampai hari ini belum terwujud, alasannya klasik, belum ada dana dari Kepala Asrama. Keheningan malam ini semakin terasa saat jam dindingku menunjukkan angka 11.21. Aku sudahi untuk menulis. Jari tanganku kaku karena berjam-jam dipakai menulis hampir tiada henti. Segelas air putih yang sedari tadi hanya menatapku menulis dan menulis akhirnya aku gunakan untuk menghilangkan rasa hausku. Aku berdiri dari kursi dan segera menyiapkan selimut untuk tidur. Aku lepas jilbabku dan aku gantung dibelakang pintu.
Tangan dan kaki yang tadinya kaku kini merasakan kenyamanan kasur busa ala anak asrama. Aku tutup tubuhku dengan selimut agar tidak kedinginan. Lalu aku diam. Hanya pandangan kosong ke arah samping kanan. Dari kejauhan aku melihat sebuah foto yang diletakkan berdiri. Aku bangkit untuk mengambil foto itu dan kembali lagi ke tempat tidur. Aku peluk foto itu dengan lembut. Inikah rasanya rindu Ya Allah? Rindu yang amat sangat menggangguku. Padahal belum ada dua bulan sejak perpisahan di stasiun kota. Aku kembali ingat kata-kata Edward saat itu. Aku akan berusaha menyusulnya ke Kota itu. Rindu ini kian tak tertahankan.
Aku coba hubungi dia lewat Hanphone-ku, namun tak bisa dihubungi. Aku hanya berbaik sangka. Mungkin ia lelah dan ingin istirahat. Mungkin saja HP-nya mati untuk diisi ulang. Yah, hanya pikiran-pikiran baik yang terbesit dibenakku. Aku kembali memandangi gambar dirinya.
“Sedang apa kau disana? Apa kau juga sedang memikirkanku? “
Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Pertanda ada pesan singkat masuk. Ah, mungkin itu pesan dari Edward. Aku mencari-cari HP-ku yang tadi aku letakkan di sampingku. Tak ketemu. Aneh, padahal HP-ku tadi aku taruh kasur. Sekarang kemana ya? Aku bangun dan membuka selimut dan bantal. Dan.. BRAAKKK…!!! Ah…bagus sekali…bagian-bagian dari HP-ku berserakan dilantai. Untung saja baterainya masih terpasang dengan baik. Lalu aku pasang kembali bagian-bagian HP-ku yang malang ini. Dan kulihat pesan singkat yang tadi masuk. Ternyata itu bukan dari Edward, tapi dari Aldo temanku sewaktu SMP.
“Assalamualaikum…bagaimana kabarmu? Sudah ada pilihan untuk melanjutkan sekolahmu? Dimana?”
Sudah lama juga aku tak berjumpa kawanku ini. Dia seorang laki-laki yang baik dan santun. Ayah dan Ibunya kenal dengan Ayah dan Ibuku. Sejak kecil, kami sering bermain bersama. Sampai akhir SMP aku pergi ke Jakarta, ia Cuma titip pesan untuk jadi lebih baik. Aku senang berteman dengannya. Dan sekarang, aku tak tahu seperti apa dia sekarang. Tak ada salahnya aku sedikit berbincang dengannya.
Tak terasa sudah jam 12 tepat. Aku minta izin untuk tidur terlebih dulu pada Aldo. Ia juga sudah mengantuk. Aku rapikan selimutku dan kembali merebahkan tubuhku di kasur busa ini.
Esok hari aku bangun agak terlambat. Shalat subuh yang biasa aku lakukan di masjid secara berjamaah hanya bisa aku laksanakan di dalam kamar. Setelah shalat, aku berganti pakaian olahragaku dan tak lupa memakai jilbabku. Jam 6 pagi Bu Rina sudah menanti para praja untuk berolahraga pagi. Aku hampir saja terlambat. Masih ada waktu 32 detik lagi ternyata. Bila terlambat, hukumannya cukup berat. Berlari mengitari lapangan yang luasnya seperti lapangan sepak bola sebanyak detik mereka terlambat. Alhamdulillah, aku tak menerima hukuman itu kali ini.
Setelah selesai berolahraga, ada jadwal sarapan bersama. Setiap waktu makan, kami lakukan bersama di aula. Tentunya tidak boleh terlambat. Jika terlambat, harus menghadap Kepala Sekolah dan itu membuat Sang Jenderal Sekolah hilang nafsu makan. Yah, seperti apa orang yang hilang selera saat makan karena diganggu, aku sudah dapat membayangkannya. Kali ini ada 3 orang praja putra yang terlambat datang untuk sarapan. Dan mereka dibawa ke ruang ganti di sebelah aula. Ih, ngeri juga. Alhamdulillah, aku tak pernah merasakan siksaan atau hukuman seperti itu.
Di dalam kelas, Praja-praja belajar dengan giat. Tampaknya mereka juga punya tujuan, sama sepertiku. Tapi itu urusan pribadi mereka masing-masing. Pulang sekolah kami tidak langsung ke Asrama, tapi ke Masjid untuk menunaikan shalat Dhuhur berjamaah. Setiap shalat wajib dilaksanakan berjamaah bersama para petinggi sekolah.
Beginilah keadaan sekolahku yang aku cintai. Adat militer sangat kental. Kedisiplinan dijunjung tinggi. Peraturan diperketat. Namun, aku hanya dapat memikirkan masa depanku setelah ini. Kuliah di UGM Yogyakarta bersama Edward. Terus bersamanya. Karena aku sungguh ikhlas mencintainya. Dan kerinduan ini terus mendalam hingga nanti saat aku bertemu.
* * *
Sayup-sayup kudengar suara Adzan memanggilku dari mimpi. Berat mata segera sirna saat teringat bahwa aku harus bangun. Aku duduk di tepi tempat tidur, mencoba untuk menghilangkan nafsu tidurku. Aku mengangkat tangan seraya memohon dan meminta. Mulutku berbisik lembut, bersyukur kepada-Nya atas pagi ini telah diberikan umur. Kulihat jendela kamar, langit masih gelap. Angin hanya terdengar menderu melewati lubang-lubang angin jendela kamarku. Perlahan, tapi pasti, tubuhku mulai merasakan hawa pagi yang sejuk nan menyegarkan. Aku berdiri dari tempat tidur, berbalik arah, lalu menarik selimut yang tak teratur, dan kurapikan kembali tempat tidurku. Suara Adzan dari beberapa surau masih terdengar mengalun merdu. Setelah selesai bermunajat kepada Sang Pencipta, aku keluar kamar untuk menghirup udara segar. Aku teringat sebuah pesan singkat dari kekasihku tadi malam. Ia meminta izin untuk pergi ke Kota Pelajar untuk menuntut ilmu. Hari ini ia akan berangkat. Aku akan mengantarnya sampai ke stasiun.
Embun pagi masih membasahi dedaunan yang hijau di halaman. Aku sudah bersiap untuk ke stasiun, bertemu sang pujaan hatiku. Edward namanya. Ia seorang protestan semenjak lahir. Aku tahu itu, tapi aku sangat mencintainya. Edward adalah sosok yang selalu aku banggakan. Dengan perbedaan keyakinan diantara kami, aku dan dia bisa bertahan sampai 4 tahun sekarang. Memang sulit untuk bertahan, tapi aku coba untuk bersabar, dan ternyata Allah SWT mendengar doaku untuk ingin terus bersama dirinya. Inikah yang disebut cinta? Aku tak tahu, yang pasti aku merasakan begitu nyaman di sampingnya.
Di Stasiun Kota, aku melihatnya duduk dikursi kayu panjang diantara kerumunan orang. Menggenggam erat tas ransel hitam yang bobotnya lebih dari 3 kg. Aku ingin memanggilnya, namun terhalang ramainya calon penumpang yang saling berdesakan untuk berada paling depan agar bisa langsung masuk ke kereta. Bunyi kereta yang khas sayup-sayup terdengar olehku. “Itu pasti keretanya.” Aku berlari diantara kerumunan manusia tak berpendidikan yang hanya ingin menyerobot agar dapat paling awal. Aku sempat terjatuh, kakiku sakit. Ia melihatku terjatuh dan segera berlari menghampiriku.
“ Kamu gak apa-apa?”
“I’m OK, Fine..”
“Kenapa kamu gak panggil aku aja? Supaya aku yang menghampiri kamu, bukan kamu yang berlari kepadaku.”
“Maaf, diatara ratusan orang yang ada disini, aku hanya segelintir kecil orang yang suaranya tak akan mampu mengalahkan suara orang-orang protes atas keterlambatan kereta.”
“ Aku paham. Kita duduk saja, keretaku bukan yang itu. Aku ambil kelas Eksekutif agar lebih cepat sampai. Keretaku datang 10 menit lagi di Jalur 1.”
Lalu aku melihat sebuah kereta besi berwarna orange dan hitam karena gosong berhenti tepat di jalur 2. Semua orang yang sepertinya terburu-buru langsung berlari menuju kereta itu. Betapa sesaknya kereta itu, dari pintu masuk sampai gerbong terakhir yang tak bisa kulihat karena panjangnya kereta besi itu. Aku merasa nyaman dan aman di sampingnya. Aku duduk disampingnya dan membayangkan jika ia pergi. Seperti apa aku jika kau pergi? Lalu air mataku bercucuran perlahan.
“Kenapa? Kok nangis?”
“A..ak..aku tak bisa membayangkan jika kau pergi. Seperti apa aku tanpa kamu?”
“Tak apa, kamu wanita tangguh. Aku percaya itu. Tanpa aku disini, kamu masih bisa berjalan dengan tegap. Aku sangat yakin itu.”
“Tidak, aku seorang yang lemah, bahkan tanpa kamu. Aku hanya sebuah kerikil tajam yang siap terbuang bahkan di tendang orang sampai jauh dari kerumunan sejenisnya. Aku hanya ingin kamu disampingku.”
“Kalau begitu, susul aku ke Jogja. Kita bisa belajar bersama disana. Sudah menginjak semester akhir kan? Dan kamu pun tak akan merasa seperti kerikil tajam, tapi bunga mawar yang sedang mekar di pagi hari.”
“Baik, aku akan berusaha untuk dapat terus bersamamu. UGM? Aku siap.”
Selang beberapa detik, kereta eksekutif muncul dari kabut asap yang ditimbulkan kereta Ekonomi sebelumnya. Kereta itu muncul dengan gagah, seakan berbicara kepadaku bahwa sudah saatnya aku berpisah dengan Edward. Edward berdiri dan memakai tas ranselnya. Ia tersenyum kearah kereta, seperti sudah menunggu sejak lama. Aku pun berdiri disampingnya, menatap Baja Berjalan yang akan membawanya pergi. Edward memegang tangaku. Pandanganku teralihkan, dan sekarang tertuju pada mata Edward yang coklat kehitam-hitaman.
“Lihat mataku Via. Aku janji jika kamu tak bisa menyusulku ke Yogyakarta, aku akan mencarimu. Tunggu aku ya..”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Kata-katanya membuat air mataku semakin deras mengalir. Genggaman tangannya semakin erat, seakan tak mau lepas. Ia kemudian memelukku dengan hangat. Ia berbisik padaku.
“Jangan menangis sayang…tunggu aku di kota ini, aku pasti kembali.”
Ia melepaskan pelukannya dan tangannya. Aku semakin tak kuasa untuk berpijak. Ia berjalan menuju kereta itu. Ia melambaikan tangan kepadaku. Perasaanku sangat aneh, lambaian tangannya seolah lambaian terakhir untukku. Aku kini takut ia akan benar-benar pergi dan tak kembali. Aku ingin berlari menyusulnya, tapi kereta itu sudah menunjukkan tanda bahwa ia akan segera berangkat. Aku hanya duduk di kursi kayu panjang ini. Aku lihat ia dari kejauhan, menerawang kedalam kereta.
beberapa masih harus ada yang di edit..
nantikan novel blog pertama...
Interface baru yang ada pada office 2007 tak sedikit membuat bingung para penggunanya. Anda tak perlu men-downgrade office Anda menjadi 2003. karena software ini akan menambahkan menu seperti interface pada office 2003 tetapi toolbar khas 2007 pun tak menghilang. indikator software ini telah ter-instal adalah adanya penambahan pada toolbar menu dengan nama "Menu" disebelah Toolbar Menu "Home". Peng-instal-annya pun cukup mudah. Anda hanya meng-instal software ini seperti biasa lalu jreng interface office 2003 telah terpasang pada office 2007 Anda.
klik disini untuk melihat screenshot-nya.
ads
pukul berapakah sekarang
Contributors
- Lapak Maya
- Web ini adalah buatan 8 orang kreatif yang memeras keringat, memerah susu, dan memerah yang lain-lain.. hasil keringat 8 orang ini berbuah manis namun pahit,sehingga buah itu tidak layak dibuahi,dan orang yang memakannya adalah orang yang tidak bisa membuahi, jadi jangan dimakan sehingga anda masih bisa meerasakan buah-buah kehidupan lainnya.... 8 orang ini masih tergolong pelajar yang selalu memikirkan masa depan setelah lulus nanti,padahal mereka tidak tahu akan lulus atau tidak, dan kelulusan merupakan sebuah kontroversi yang hangat dibicarakan,bukan dilihat atau di pegang... kami mempunyai mimpi untuk bermimpi dalam mimpi, sehingga tak bisa bermimpi lagi karena mimpi yang kami impikan bukan lagi sebuah mimpi, melainkan sebuah impian....hahahaha sama aja... good luck for us,jaya selalu,,,, hehehe^^
Page Rank
wajah kami...
Link Rujukan
komen di sini yah...
nyoba page rank
Check Page Rank of any web site pages instantly: |
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |