Sayup-sayup kudengar suara Adzan memanggilku dari mimpi. Berat mata segera sirna saat teringat bahwa aku harus bangun. Aku duduk di tepi tempat tidur, mencoba untuk menghilangkan nafsu tidurku. Aku mengangkat tangan seraya memohon dan meminta. Mulutku berbisik lembut, bersyukur kepada-Nya atas pagi ini telah diberikan umur. Kulihat jendela kamar, langit masih gelap. Angin hanya terdengar menderu melewati lubang-lubang angin jendela kamarku. Perlahan, tapi pasti, tubuhku mulai merasakan hawa pagi yang sejuk nan menyegarkan. Aku berdiri dari tempat tidur, berbalik arah, lalu menarik selimut yang tak teratur, dan kurapikan kembali tempat tidurku. Suara Adzan dari beberapa surau masih terdengar mengalun merdu. Setelah selesai bermunajat kepada Sang Pencipta, aku keluar kamar untuk menghirup udara segar. Aku teringat sebuah pesan singkat dari kekasihku tadi malam. Ia meminta izin untuk pergi ke Kota Pelajar untuk menuntut ilmu. Hari ini ia akan berangkat. Aku akan mengantarnya sampai ke stasiun.
Embun pagi masih membasahi dedaunan yang hijau di halaman. Aku sudah bersiap untuk ke stasiun, bertemu sang pujaan hatiku. Edward namanya. Ia seorang protestan semenjak lahir. Aku tahu itu, tapi aku sangat mencintainya. Edward adalah sosok yang selalu aku banggakan. Dengan perbedaan keyakinan diantara kami, aku dan dia bisa bertahan sampai 4 tahun sekarang. Memang sulit untuk bertahan, tapi aku coba untuk bersabar, dan ternyata Allah SWT mendengar doaku untuk ingin terus bersama dirinya. Inikah yang disebut cinta? Aku tak tahu, yang pasti aku merasakan begitu nyaman di sampingnya.
Di Stasiun Kota, aku melihatnya duduk dikursi kayu panjang diantara kerumunan orang. Menggenggam erat tas ransel hitam yang bobotnya lebih dari 3 kg. Aku ingin memanggilnya, namun terhalang ramainya calon penumpang yang saling berdesakan untuk berada paling depan agar bisa langsung masuk ke kereta. Bunyi kereta yang khas sayup-sayup terdengar olehku. “Itu pasti keretanya.” Aku berlari diantara kerumunan manusia tak berpendidikan yang hanya ingin menyerobot agar dapat paling awal. Aku sempat terjatuh, kakiku sakit. Ia melihatku terjatuh dan segera berlari menghampiriku.
“ Kamu gak apa-apa?”
“I’m OK, Fine..”
“Kenapa kamu gak panggil aku aja? Supaya aku yang menghampiri kamu, bukan kamu yang berlari kepadaku.”
“Maaf, diatara ratusan orang yang ada disini, aku hanya segelintir kecil orang yang suaranya tak akan mampu mengalahkan suara orang-orang protes atas keterlambatan kereta.”
“ Aku paham. Kita duduk saja, keretaku bukan yang itu. Aku ambil kelas Eksekutif agar lebih cepat sampai. Keretaku datang 10 menit lagi di Jalur 1.”
Lalu aku melihat sebuah kereta besi berwarna orange dan hitam karena gosong berhenti tepat di jalur 2. Semua orang yang sepertinya terburu-buru langsung berlari menuju kereta itu. Betapa sesaknya kereta itu, dari pintu masuk sampai gerbong terakhir yang tak bisa kulihat karena panjangnya kereta besi itu. Aku merasa nyaman dan aman di sampingnya. Aku duduk disampingnya dan membayangkan jika ia pergi. Seperti apa aku jika kau pergi? Lalu air mataku bercucuran perlahan.
“Kenapa? Kok nangis?”
“A..ak..aku tak bisa membayangkan jika kau pergi. Seperti apa aku tanpa kamu?”
“Tak apa, kamu wanita tangguh. Aku percaya itu. Tanpa aku disini, kamu masih bisa berjalan dengan tegap. Aku sangat yakin itu.”
“Tidak, aku seorang yang lemah, bahkan tanpa kamu. Aku hanya sebuah kerikil tajam yang siap terbuang bahkan di tendang orang sampai jauh dari kerumunan sejenisnya. Aku hanya ingin kamu disampingku.”
“Kalau begitu, susul aku ke Jogja. Kita bisa belajar bersama disana. Sudah menginjak semester akhir kan? Dan kamu pun tak akan merasa seperti kerikil tajam, tapi bunga mawar yang sedang mekar di pagi hari.”
“Baik, aku akan berusaha untuk dapat terus bersamamu. UGM? Aku siap.”
Selang beberapa detik, kereta eksekutif muncul dari kabut asap yang ditimbulkan kereta Ekonomi sebelumnya. Kereta itu muncul dengan gagah, seakan berbicara kepadaku bahwa sudah saatnya aku berpisah dengan Edward. Edward berdiri dan memakai tas ranselnya. Ia tersenyum kearah kereta, seperti sudah menunggu sejak lama. Aku pun berdiri disampingnya, menatap Baja Berjalan yang akan membawanya pergi. Edward memegang tangaku. Pandanganku teralihkan, dan sekarang tertuju pada mata Edward yang coklat kehitam-hitaman.
“Lihat mataku Via. Aku janji jika kamu tak bisa menyusulku ke Yogyakarta, aku akan mencarimu. Tunggu aku ya..”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Kata-katanya membuat air mataku semakin deras mengalir. Genggaman tangannya semakin erat, seakan tak mau lepas. Ia kemudian memelukku dengan hangat. Ia berbisik padaku.
“Jangan menangis sayang…tunggu aku di kota ini, aku pasti kembali.”
Ia melepaskan pelukannya dan tangannya. Aku semakin tak kuasa untuk berpijak. Ia berjalan menuju kereta itu. Ia melambaikan tangan kepadaku. Perasaanku sangat aneh, lambaian tangannya seolah lambaian terakhir untukku. Aku kini takut ia akan benar-benar pergi dan tak kembali. Aku ingin berlari menyusulnya, tapi kereta itu sudah menunjukkan tanda bahwa ia akan segera berangkat. Aku hanya duduk di kursi kayu panjang ini. Aku lihat ia dari kejauhan, menerawang kedalam kereta.
beberapa masih harus ada yang di edit..
nantikan novel blog pertama...
This entry was posted
on Tuesday, 28 July 2009
at 10:33
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
ads
pukul berapakah sekarang
Contributors
- Lapak Maya
- Web ini adalah buatan 8 orang kreatif yang memeras keringat, memerah susu, dan memerah yang lain-lain.. hasil keringat 8 orang ini berbuah manis namun pahit,sehingga buah itu tidak layak dibuahi,dan orang yang memakannya adalah orang yang tidak bisa membuahi, jadi jangan dimakan sehingga anda masih bisa meerasakan buah-buah kehidupan lainnya.... 8 orang ini masih tergolong pelajar yang selalu memikirkan masa depan setelah lulus nanti,padahal mereka tidak tahu akan lulus atau tidak, dan kelulusan merupakan sebuah kontroversi yang hangat dibicarakan,bukan dilihat atau di pegang... kami mempunyai mimpi untuk bermimpi dalam mimpi, sehingga tak bisa bermimpi lagi karena mimpi yang kami impikan bukan lagi sebuah mimpi, melainkan sebuah impian....hahahaha sama aja... good luck for us,jaya selalu,,,, hehehe^^
Page Rank
wajah kami...
Link Rujukan
komen di sini yah...
nyoba page rank
Check Page Rank of any web site pages instantly: |
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |