Bagian 2 "Rindu"  

Posted by Lapak Maya in

Lelah rasanya berjam-jam berkutat dengan tumpukan kertas-kertas dan buku-buku pelajaran ini. Sudah hampir tengah malam. Pintu-pintu asrama sudah ditutup. Bahkan sepertinya hanya aku saja yang masih berada di meja pesakitan ini. Sesekali aku dengar suara Pak Satpam penjaga asrama yang bercengkrama dengan Mang Totok, pembantu Kepala Asrama Putri ini. Dari logatnya saja sudah terdengar bahwa mereka sama-sama orang Jawa yang merantau ke Ibu Kota. Ada juga suara gemericik air yang timbul karena keran air wastafel depan kamar asramaku yang bocor. Mang Totok sudah berjanji akan memperbaikinya. Tapi sampai hari ini belum terwujud, alasannya klasik, belum ada dana dari Kepala Asrama. Keheningan malam ini semakin terasa saat jam dindingku menunjukkan angka 11.21. Aku sudahi untuk menulis. Jari tanganku kaku karena berjam-jam dipakai menulis hampir tiada henti. Segelas air putih yang sedari tadi hanya menatapku menulis dan menulis akhirnya aku gunakan untuk menghilangkan rasa hausku. Aku berdiri dari kursi dan segera menyiapkan selimut untuk tidur. Aku lepas jilbabku dan aku gantung dibelakang pintu.
Tangan dan kaki yang tadinya kaku kini merasakan kenyamanan kasur busa ala anak asrama. Aku tutup tubuhku dengan selimut agar tidak kedinginan. Lalu aku diam. Hanya pandangan kosong ke arah samping kanan. Dari kejauhan aku melihat sebuah foto yang diletakkan berdiri. Aku bangkit untuk mengambil foto itu dan kembali lagi ke tempat tidur. Aku peluk foto itu dengan lembut. Inikah rasanya rindu Ya Allah? Rindu yang amat sangat menggangguku. Padahal belum ada dua bulan sejak perpisahan di stasiun kota. Aku kembali ingat kata-kata Edward saat itu. Aku akan berusaha menyusulnya ke Kota itu. Rindu ini kian tak tertahankan.
Aku coba hubungi dia lewat Hanphone-ku, namun tak bisa dihubungi. Aku hanya berbaik sangka. Mungkin ia lelah dan ingin istirahat. Mungkin saja HP-nya mati untuk diisi ulang. Yah, hanya pikiran-pikiran baik yang terbesit dibenakku. Aku kembali memandangi gambar dirinya.
“Sedang apa kau disana? Apa kau juga sedang memikirkanku? “
Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Pertanda ada pesan singkat masuk. Ah, mungkin itu pesan dari Edward. Aku mencari-cari HP-ku yang tadi aku letakkan di sampingku. Tak ketemu. Aneh, padahal HP-ku tadi aku taruh kasur. Sekarang kemana ya? Aku bangun dan membuka selimut dan bantal. Dan.. BRAAKKK…!!! Ah…bagus sekali…bagian-bagian dari HP-ku berserakan dilantai. Untung saja baterainya masih terpasang dengan baik. Lalu aku pasang kembali bagian-bagian HP-ku yang malang ini. Dan kulihat pesan singkat yang tadi masuk. Ternyata itu bukan dari Edward, tapi dari Aldo temanku sewaktu SMP.
“Assalamualaikum…bagaimana kabarmu? Sudah ada pilihan untuk melanjutkan sekolahmu? Dimana?”
Sudah lama juga aku tak berjumpa kawanku ini. Dia seorang laki-laki yang baik dan santun. Ayah dan Ibunya kenal dengan Ayah dan Ibuku. Sejak kecil, kami sering bermain bersama. Sampai akhir SMP aku pergi ke Jakarta, ia Cuma titip pesan untuk jadi lebih baik. Aku senang berteman dengannya. Dan sekarang, aku tak tahu seperti apa dia sekarang. Tak ada salahnya aku sedikit berbincang dengannya.
Tak terasa sudah jam 12 tepat. Aku minta izin untuk tidur terlebih dulu pada Aldo. Ia juga sudah mengantuk. Aku rapikan selimutku dan kembali merebahkan tubuhku di kasur busa ini.
Esok hari aku bangun agak terlambat. Shalat subuh yang biasa aku lakukan di masjid secara berjamaah hanya bisa aku laksanakan di dalam kamar. Setelah shalat, aku berganti pakaian olahragaku dan tak lupa memakai jilbabku. Jam 6 pagi Bu Rina sudah menanti para praja untuk berolahraga pagi. Aku hampir saja terlambat. Masih ada waktu 32 detik lagi ternyata. Bila terlambat, hukumannya cukup berat. Berlari mengitari lapangan yang luasnya seperti lapangan sepak bola sebanyak detik mereka terlambat. Alhamdulillah, aku tak menerima hukuman itu kali ini.
Setelah selesai berolahraga, ada jadwal sarapan bersama. Setiap waktu makan, kami lakukan bersama di aula. Tentunya tidak boleh terlambat. Jika terlambat, harus menghadap Kepala Sekolah dan itu membuat Sang Jenderal Sekolah hilang nafsu makan. Yah, seperti apa orang yang hilang selera saat makan karena diganggu, aku sudah dapat membayangkannya. Kali ini ada 3 orang praja putra yang terlambat datang untuk sarapan. Dan mereka dibawa ke ruang ganti di sebelah aula. Ih, ngeri juga. Alhamdulillah, aku tak pernah merasakan siksaan atau hukuman seperti itu.
Di dalam kelas, Praja-praja belajar dengan giat. Tampaknya mereka juga punya tujuan, sama sepertiku. Tapi itu urusan pribadi mereka masing-masing. Pulang sekolah kami tidak langsung ke Asrama, tapi ke Masjid untuk menunaikan shalat Dhuhur berjamaah. Setiap shalat wajib dilaksanakan berjamaah bersama para petinggi sekolah.
Beginilah keadaan sekolahku yang aku cintai. Adat militer sangat kental. Kedisiplinan dijunjung tinggi. Peraturan diperketat. Namun, aku hanya dapat memikirkan masa depanku setelah ini. Kuliah di UGM Yogyakarta bersama Edward. Terus bersamanya. Karena aku sungguh ikhlas mencintainya. Dan kerinduan ini terus mendalam hingga nanti saat aku bertemu.
* * *

This entry was posted on Friday, 31 July 2009 at 19:31 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment

ads

Baris Iklan